Assalamu'alaikum...

Selasa, 04 Januari 2011

Mengingat Saat Kematian (Zikrul-Mawt) I:

 

          Saat kematian itu datang, tiba-tiba saja aku seperti tersentak dari kesadaran hidup. Bayangkan: ada rasa sakit yang menggigit sangat dari ujung kaki, rasanya seperti kulit dikelupas! Rasa sakit itu terus merayap naik ke telapak kaki, terus ke tumit, ke mata kaki, dan merayap terus ke betis. Terus, sampai ke dengkul, ke paha, dan terus ke atas. Sementara itu, yang namanya kesadaran hilang timbul saking menahan sakitnya. Rasanya mulutku pun ingin berteriak, menjerit atau meraung, tapi tak ada suara yang keluar. Sepertinya, ketika itu Allah telah mengunci kemampuan bicara dari mulutku. Begitupun dengan kemampuan lihat dari mataku, serta kemampuan dengar dari telingaku, satu per satu terkunci. Tak ada cahayanya lagi...
          Aku, rasanya, seperti teriris oleh ribuan sembilu yang mengilu-ngilu. Dan, rasa sakitnya semakin terus merayap, naik ke pinggul dan kemaluanku. Terus naik ke perut, rasanya seperti silet yang menyilet-nyilet usus dan lambungku. Sungguh, tak tertanggungkan perihnya. Ketika aku ingin menggelenjotkan kaki -- sebagai refleks atas keperihan yang tak tertanggungkan itu -- ternyata malah kakiku tak bisa digerakkan lagi. Mati! Rasanya sudah tak ada rasa lagi. Tapi, kesakitan itu terus merayap ke dada, rasanya begitu sesak. Nafas seperti meledakkan pampatan hawa yang teramat dingin. Juga, dari ujung tangan, kesakitan merayap naik ke telapak tangan, terus ke pergelangan, ke lengan. Naik ke siku, ke bahu, sampai ke dada...
          Di ujung leher, aku mulai menyadari, bahwa inilah kematian! Inilah saat yang sudah dimaktubkan Allah sejak awal perjanjian purba ('azaly). Aku pun terhenyak. Lamat-lamat aku melihat ada suatu makhluk yang berdiri tegak persis di depanku. Dan, batinku berseru: itulah Izra'il! Itulah Sang Malaikat Maut yang siap menjemputku, suka ataupun terpaksa, dengan penampilannya yang tak terperikan...
          (Syukur, kalau dia menampakkan diri dengan wajah ramah, cerah, penuh senyum indah. Kalau sebaliknya, na'udzubillah...)
...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar