Assalamu'alaikum...

Selasa, 04 Januari 2011

Mengingat Saat Kematian (Zikrul-Mawt) II:


          Kala itu, sungguh, aku hanya punya tiga helaan nafas! Bahkan, nafas yang pertama mungkin lewat sudah, yaitu kala aku begitu megap-megap menahan beratnya nafas kesakitan tadi. Nafas yang kedua, yaitu kala aku terhenyak melihat Sang Malaikat Maut siap menjemput kematian. Muncul rasa takut yang teramat sangat, takut dan sekaligus ngeri yang tak terlukiskan, campur-aduk dengan rasa waswas dan khawatir. Godaannya lagi belum rasa sedih dan berat hati, dan tak kurang rasa belum siap -- ya, belum siap mati...
          Mungkin, inilah tahap ujianku yang terakhir. Apakah aku mampu (dengan hidayah Allah) melepaskan segenap godaan rasa sedih dan berat hati meninggalkan dunia ini -- baik itu yang berupa isteri, anak, orangtua, saudara, kekasih, sahabat, teman, bos/majikan ataupun anak-buah; atau rumah, gedung, kantor, pabrik, toko, harta, pangkat, titel ataupun apa namanya. Bahkan, yang berupa penyakit, penderitaan, penyesalan, dendam-kesumat ataupun kemarahan; atau kebencian, kesusahan, kekurangan, kebodohan, kemiskinan ataupun kesengsaraan. Apakah semua itu mampu aku lepas dengan pasrah (muslim) serta penyerahan diri atas-Nya, dengan menyambut jemputan Sang Malaikat Maut secara suka-cita -- layaknya menyambut jemputan untuk menemui Kekasih Sejati. Ataukah semua itu malah semakin menjadi 'kemelekatan' yang berkarat sangat, yang akibatnya tak ampun lagi hanya semakin berat menyumbat ujung kerongkonganku...
          Betapa tidak, beratnya 'kemelekatan' itu muncul dalam bentuk bayangan-bayangan atau kenangan-kenangan tentang masa lalu yang begitu mengesankan dalam kehidupanku, masa-masa yang begitu indah. Ataupun dalam bentuk impian-impian atau harapan-harapan tentang masa depan yang begitu menyilaukan, atau dalam bentuk pikiran-pikiran yang memabukkan atau meresahkan. Semuanya muncul ke hadapanku, satu per satu, seperti film yang diputar ulang dengan durasi yang lambat. Di tengah kesakitan yang teramat sangat, aku pun terombang-ambing di antara ribuan penampakan yang mengepungku, dan aku seperti dibetot dengan kekuatan magnet yang luar biasa ke penampakan-penampakan itu. Kalaupun aku bertahan, rasanya begitu megap-megap saking beratnya 'kemelekatan' yang mencekik sisa nafasku...
          Ya, akhirnya aku hanya punya sisa nafas yang terakhir. Itupun rasanya seperti disedot kuat oleh Sang Malaikat Maut lewat ubun-ubun, dan rasanya segenap kesakitanku mencapai titik kulminasinya. Dari mulai rahang, mulut, pipi, hidung, mata, kuping, kening, terus ke ubun-ubun. Rasanya seisi kepalaku seperti meledak! Sementara itu, lamat-lamat aklu pun melihat suatu gambaran nyata -- seperti gambar hidup saja...
          (Itulah gambaran seperti yang diberitakan Rasullullah saw, "Tak seorang pun yang meninggal dunia, kecuali dia diberi tahu bakal tempat tinggalnya di Akhirat kelak: surga atau neraka...")
          ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar