Assalamu'alaikum...

Rabu, 05 Januari 2011

Mengingat Saat Kematian (Zikrul-Mawt) III:


          Babak selanjutnya, bayangkan: tiba-tiba rasanya aku seperti terisap memasuki sebuah pusaran gelap. Hilang akal dan daya, dan kesadaran pun sirna. Tapi, sekejap kemudian kesadaranku kembali. Rasanya percaya tak percaya! Aku merasa diriku berada di luar tubuhku, dan kulihat di depanku tubuhku tergeletak tak bergerak sedikit pun. Juga kulihat orang-orang terdekatku -- isteri dan anak-anakku, orangtuaku, dan saudara-saudaraku -- datang berebut memeluk erat tubuhku, sebagiannya malah menangis. Lalu, kelihatan semua menjadi sibuk. Tubuhku tampak digotong ke tengah rumah, dibaringkan telentang dengan kedua tangan dilipat di atas dada. terus diselimuti kain batik. Sementara itu, orang-orang tampak berdatangan. Melayat! Di antaranya ada yang kukenal -- entah itu saudara, teman ataupun tetangga -- tapi sebagiannya lagi tak kukenal. Biar begitu, tampaknya semua datang karena melayatiku...
          Kemudian, kulihat tubuhku digotong ke satu pojokan yang ditutup kain. Dibaringkan di sebuah alat pemandian mayat! Tubuhku yang kini telanjang itu diguyuri air, dari mulai kepala sampai ujung kaki. Juga disabuni dan dikeramasi, digosok-gosok dan ditekan-tekan -- terutama di sekitar perut. Hingga kotoranku keluar semua. Dan, akhirnya dibasuh dengan air kapur barus. Setelah itu, tubuhku kembali digotong. Dibaringkan di atas hamparan kain putih berlapis kapas, dibungkus dengan beberapa lapis kafan, dengan ikatan di ujung kepala dan kaki...
          Seperti tadi, tubuhku yang sudah terbungkus kafan itu kembali dibaringkan di tengan rumah, diselimuti kain batik lagi. Orang-orang pun terus berdatangan, sebagiannya malah kukenal sebagai saudara atau teman jauh dari luar kota. Ada rasa ingin menegur mereka, tapi tak ada suara. Bahkan, aku pun tak bisa mendengar suara mereka. Aku hanya bisa melihat, dengan agak terheran -- rasanya seperti melayang. Seperti bisa menembus apa pun. Tapi, anehnya aku tak bisa melihat diriku sendiri...
          Kulihat semakin banyak saja yang datang melayat. Lalu, kaum prianya tampak berkumpul dan berjajar di depan tubuhku. Semua membentuk beberapa barisan yang rapat, yang dipimpin seorang kiyai. Tampaknya mereka sedang mendirikan shalat jenazah! Sementara itu, kaum wanitanya tampak sebagian berkelompok di pinggir. Ada yang sambil mengaji, atau yang terus menangis, tapi ada juga yang hanya mengobrol. Sebagiannya lagi tampak di belakang, sibuk membuat rangkaian bunga ataupun memasak...
...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar